Rabu, 21 Maret 2012

Memahami Makna Kisah Para Nabi Dalam Al-Qur'an

Dalam sebuah hadits dikatakan bahwa jumlah Nabi yang diturunkan Tuhan ke bumi sebanyak 124.000 orang. Namun dalam al Qur'an hanya diceriterakan kisah 25 Rasul. Apakah ada pesan-pesan di balik semua itu? 
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman. (QS 11:120)
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (QS 12:111)
Melalui kisah 25 Rasul tersebut, sesungguhnya Allah sedang menjelaskan tentang fase-fase perjalanan manusia menuju kepada-Nya. Mulai penciptaan, pencarian Tuhan, menyalanya Ruhul Qudus, dan berjalan sesuai dengan misi hidupnya menuju Allah.
KISAH
F A S E
Adam AS
Penciptaan manusia
Idris AS
Ketergelinciran manusia akibat keterpisahannya dengan Tuhan
Nuh AS
Meninggalkan sifat-sifat tercela, memasukkan sifat-sifat terpuji ke dalam perahu keimanan
Ibrahim AS
Pencarian Tuhan
Ismail AS
Pencarian Tuhan membutuhkan pengorbanan
Yusuf AS
Penyadaran bahwa nafs (diri) terpenjara oleh hawa nafsu dan syahwat
Ayyub AS
Penyadaran bahwa nafs sedang sakit
Syuaib AS
Menjelaskan bahwa untuk melepaskan nafs dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat, seseorang perlu dibimbing oleh seseorang yang mampu menerima petunjuk Allah (Nabi Syuaib adalah guru bagi Musa)
Musa AS
Membebaskan nafs dari perbudakan hawa nafsu dan syahwat menuju tanah yang dijanjikan (qalbun salim)
Harun AS
Dalam membebaskan nafs dari perbudakan menuju qalbun salim, membutuhkan jamaah
Daud AS
Berada di tanah yang dijanjikan (disucikan qalbunya oleh Allah SWT)
Sulaiman AS
Membangun kiblat, membangun kesempurnaan qalbu
Ilyas AS
Mendapat curahan Nur Ilmu dari Allah
Yunus AS
Memahami ruh ada di dalam diri
Yahya AS
Mempersiapkan (memasuki) menyalanya ruh dalam diri
Isa AS
Ruhul Qudusnya menyala, sehingga mengetahui misi hidupnya
Muhammad SAW
Berjalan di atas Shirath al Mustaqim, sesuai dengan misi hidupnya, menuju Al Muqarrabun (hamba yang didekatkan kepada Allah)

Memahami Simbolisasi Dalam Al-Qur'an



Dalam Al Quran Allah sering mengemukakan perumpamaan-perumpamaan dalam memberikan petunjuk. Seringkali pesan yang Disampaikan sulit ditangkap, sehingga membutuhkan kajian dan renungan (fikr). Mari kita perhatikan ayat-ayat di bawah ini :
….. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah (QS 22:5).
Allah Swt. dalam Al Quran banyak mengibaratkan :
Tanah/bumi = Qalbu
Hujan/Air = Cahaya Iman
Pohon/Tumbuh-tumbuhan = Ketaqwaan
Dengan bahasa sederhana, ayat di atas dapat diartikan: Allah menumbuhkan ketaqwaan dari qalbu yang mati dengan cahaya iman, dan keluarlah berbagai amal shalih darinya.
Apabila qalbu seseorang baik, maka akan tumbuhlah ketaqwaan dengan izin Allah. Sedangkan qalbu yang buruk akan menyebabkan ketaqwaannya terhadap Allah gersang.
"Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur." (QS 7:58)
Pengibaratan pohon taqwa adalah kalimah thayyibah. Akarnya teguh, cabangnya menjulang ke langit, selalu berbuah tiap musim.
Simbolisasinya sebagai berikut :
Pohon   =  Taqwa
Akar     =  Iman
Buah     =  Ilmu
Nutrisi   =  Amal Shalih
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat." (QS 14:24-25)
Nabi Saw bersabda, “Iman itu telanjang, pakaiannya taqwa, buahnya adalah ilmu.” (HR. Al Hakim).
Curahan amal shalih yang banyak kepada iman, semakin mengokohkan pohon taqwa. Pohon yang sehat akan menghasilkan buah-buahan (ilmu).
Masih kaitannya dengan ketaqwaan, Allah menjelaskan lagi dengan ayat-ayat perumpamaan
"Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus(misykat), yang di dalamnya ada pelita besar(misbah). Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (kaukaban) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur dan tidak pula di sebelah barat, yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."(QS 24:35)
Penjelasan makna ayat di atas:
Misykat        =  Jasad
Misbah         =  Nafs
Kaukaban     =  Qalbu
Pohon Zaitun =  Taqwa (Iman tambah Amal Shalih)
Minyak         =  Hasil/Buah Ketaqwaan
Api               =  Ruh
Penjelasan gambarnya sebagai berikut :
Pohon tersebut tidak tumbuh di timur dan tidak pula di barat.
~  Timur adalah tempat terbitnya matahari, simbolisasi ruh
~  Barat adalah tempat tempat terbenamnya matahari, simbolisasi jasad
~  Pohon taqwa tidak tumbuh di ruh atau di jasad, tapi tumbuh di nafs
Ketaqwaan tidak tumbuh di ruh, karena ruh merupakan realitas Allah dalam diri manusia, juga tidak tumbuh di jasad karena jasad tidak mampu menerima cahaya ruh. Hanya nafs (hakikat diri) yang mampu menyerap cahaya Allah melalui qalbu yang bersih.
Penjelasan di atas berusaha membumikan (memakai bahasa bumi) ayat-ayat simbolisasi tersebut untuk memudahkan (semoga tidak membingungkan) memahami maknanya. Namun di balik itu, makna-makna batin dan hakikat yang tersembunyi di baliknya masih amat luas untuk dikaji. Demikianlah kemahaluasan ilmu Allah.

Tidak Ada Manusia Yang Tidak Be Tuhan



Kalau Karen Armstrong telah menulis Sejarah Tuhan yang membahas sejarah panjang pencarian tuhan yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, Kristen, dan Islam selama 4.000 tahun, maka Muhammad Imaduddin Abdulrahim(1931-2008) atau yang akrab dipanggil Bang Imad merumuskan definisi tuhan sebagai sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai olehnya (sesuatu itu). Menarik, karena dari definisi ini dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya tidak ada manusia yang tidak bertuhan.
Hal ini disampaikan dalam kuliah tauhid beliau di Masjid Salman ITB. Pihak Salman berinisiatif merekam dan membukukan Kuliah Subuh Bang Imad yang membahas seputar Ilmu Tauhid, Definisi Tuhan, Kepercayaan kepada Tuhan dan Mentauhidkan Tuhan, Tauhid dan Kemerdekaan, Tauhid dan Ikhlas, Tauhid dan Konsekuensinya. Berikut ini nukilan kuliah tauhid beliau tentang definisi tuhan:
Demi untuk memudahkan kaji, sebaiknya kita mulai dengan memberikan definisi tuhan, supaya pengertian kita sama. Tentu definisi yang paling tepat ialah yang diambil dari pemahaman akan pengertian tuhan menurut yang dijabarkan di dalam al-Qur'an. Untuk itu, perlu kita sadari dua kenyataan terpenting, yang pasti akan kita peroleh apabila kita kaji dengan sungguh-sungguh kandungan al-Qur'an.
Kenyataan pertama ialah, di dalam al-Qur'an kita tidak pernah menemukan suatu ayat pun yang membicarakan atheist atau atheisme. Suatu hal yang kiranya sangat penting kita fikirkan mengingat kenyataan di zaman modern ini jutaan manusia telah menyatakan diri mereka sebagai "atheist" atau "orang yang tidak bertuhan". Setiap orang yang berideologi komunis mengaku, bahwa mereka tidak bertuhan (atheist). Mendiang Chou Eng Lai, perdana menteri RRC, pernah berpidato di alun-alun Bandung, ketika ia berkunjung ke sana semasa konferensi Asia-Afrika dahulu (1955) dengan bangga mengatakan, bahwa mereka sebagai komunis dengan sendirinya tidak bertuhan. Kalau kita jumlahkan rakyat RRC dengan Rusia ditambah dengan semua negara satelit-satelitnya yang menganut faham komunis, maka kira-kira sepertiga penduduk dunia sekarang ini adalah atheist, jika yang dikatakan bekas perdana menteri Cina itu benar.
Sungguh suatu tanda tanya besar bagi setiap Muslim, yang yakin akan kesempurnaan kitab sucinya. Mungkinkah Allah telah "lupa" menyebutkan kenyataan ini, sehingga al-Qur'an tidak menyebut sama sekali akan atheist dan atheisme ini. Akibatnya, ialah kamus bahasa 'Arab sama sekali tidak mengenal istilah atheist itu. Memang, orang-orang 'Arab modern sekarang ini mempergunakan perkataan "mulhid" untuk "atheist", dan "ilhad" untuk atheisme, namun kalau kita selidiki di dalam al-Qur'an perkataan "mulhid dan ilhad" artinya sangat jauh dari "atheist dan atheisme". Perkataan "ilhad" berasal dari kata "lahada" yang artinya "menggali lobang atau terjerumus ke dalam lobang galian". Ingat, dalam bahasa Indonesia pun kita mengenal "liang lahad", yang berasal dari kata Arab "lahada" ini. "Mulhid" dalam al-Qur'an artinya kira-kira "orang yang terjerumus di dalam kesesatan", jadi tidak ada hubungannya dengan arti harfiah dari atheist.
Kenyataan kedua ialah, perkataan "ilah", yang selalu diterjemahkan "tuhan". Di dalam al-Qur'an dipakai untuk menyatakan berbagai objek, yang dibesarkan atau dipentingkan manusia. Misalnya, di dalam ayat QS 45:23 dan QS 25:43.
"Tidakkah kamu perhatikan betapa manusia meng-ilahkan keinginan-keinginan pribadi mereka?"
Dalam ayat Q. 28:38, perkataan "ilah" dipakai oleh Fir'aun untuk dirinya sendiri:
"Dan Fir'aun berkata: 'Wahai para pembesar, aku tidak menyangka, bahwa kalian masih punya ilah selain diriku'."
Dari contoh ayat-ayat tersebut di atas, ternyata perkataan "ilah" bisa mengandung arti berbagai benda, baik abstrak (nafsu atau keinginan pribadi) maupun benda nyata (Fir'aun atau raja, atau penguasa yang dipatuhi dan dipuja). Dari dua kenyataan di atas dapatlah diambil kesimpulan sebagai berikut: Tidak adanya perkataan atheist dan atheisme di dalam al-Qur'an membuktikan, bahwa tidak mungkin manusia itu tidak bertuhan.
Faham atheisme adalah omong kosong, tidak logis, dan tidak masuk 'akal. Menurut logika al-Qur'an: setiap orang mesti bertuhan. Alternatif yang mungkin ialah bertuhan satu (monotheist) atau bertuhan banyak (polytheist = bcrluhan lebih dari satu). Oleh karena itu, perkataan "ilah" di dalam al-Qur'an juga dipakai dalam bentuk tunggal (mufrad: ilaahun), ganda (muthanna: ilaahaini), dan banyak (jama': aalihatun). Bertuhan nol atau atheisme tidak mungkin. Untuk dapat mengerti dengan tuntas akan masalah ini dapatlah kita buat definisi "tuhan" atau "ilah" yang tepat, berdasarkan logika al-Qur'an sebagai berikut:
Tuhan (ilah) ialah sesuatu yang dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia merelakan dirinya dikuasai (didominir) olehnya (sesuatu itu).
Perkataan "dipentingkan" hendaklah diartikan secara luas. Tercakup di dalamnya yang dipuja, dicintai, diagungkan, diharap-harapkan dapat memberikan kemaslahatan atau kegembiraan, dan termasuk pula sesuatu yang ditakuti akan mendatangkan bahaya atau kerugian. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah memberikan definisi al ilah sebagai berikut:
“Al-ilah ialah: yang dipuja dengan penuh kecintaan hati; tunduk kepadanya, merendahkan diri di hadapannya, takut dan mengharapkannya, kepadanya tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan, berdo'a dan bertawakkal kepadanya untuk kemaslahatan diri, meminta perlindungan dari padanya, dan menimbulkan ketenangan di saat mengingatnya dan terpaut cinta kepadanya.” (Dr. Yusuf Qardawi: "Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, (Haqiqat Al-Tauhid) terjemahan H. Abd. Rahim Haris, Pustaka Darul Hikmah, Bima, hal. 26-27).
Berdasarkan definisi ini dapatlah dipahami, bahwa tuhan itu bisa berbentuk apa saja, yang dipentingkan oleh manusia. Yang pasti ialah manusia tidak mungkin atheist, tidak mungkin tidak bertuhan. Berdasarkan logika al-Qur'an bagi setiap manusia mesti ada sesuatu yang dipertuhankannya. Dengan demikian, maka orang-orang komunis itu pun pada hakikatnya bertuhan juga. Adapun tuhan mereka ialah ideologi atau angan-angan (Utopia) mereka, yaitu terciptanya "masyarakat komunis, di mana setiap orang boleh bekerja menurut kemampuan masing-masing dan mendapatkan penghasilan sesuai dengan kebutuhan masing-masing", sebagai yang dirumuskan dengan jelas oleh pemimpin mereka, Lenin, di dalam manifesto communisme-nya: "From everyone according to his ability, and for everyone according to his need." Ungkapan inilah yang diterjemahkan oleh para pemimpin mendiang PKI (Partai Komunis Indonesia) dahulu dengan slogan: "sama rata sama rasa". Orang komunis sebenarnya memimpikan terciptanya suatu masyarakat bertata ekononii yang "adil sempurna".
Impian seperti ini tiada bedanya dengan impian setiap orang Kristen yang taat akan apa yang mereka namakan "Kerajaan Allah" atau "Kingdom of God". Oleh karena itu, Toynbee pernah mengatakan, bahwa komunisme itu tiada lain melainkan kekristenan yang dipalsukan, suatu lembaran sobekan Bible, yang diperlakukan seolah-olah seluruh kitab suci itu, yang kemudian dijadikan senjata untuk menembaki kebudayaan Kristen (Barat). Dalam bahasa Toynbee sendiri:
"You may equally well call Marxism a Christian heresy, a leaf torn out of the book of Christianity and treated as if it were the whole Gospel. The Russians have taken up this western heretical religion, transformed it into something of their own, and are now shooting at us. This is the first shot in the anti-Western counter-offensive". (Civilization on Trial, p. 221 )
Sebahagian orang ada yang menganggap dirinya sedemikiran pintarnya, sehingga ia merasa tak perlu bertuhan. Mereka mengatakan, bahwa mereka tidak perlu kepada sesuatu yang tak dapat dibuktikan. Merekapun menolak jika dikatakan atheist. Mereka menamakan diri mereka agnostic. Salah seorang tokoh orang-orang agnostic ini yang terkemuka ialah mendiang Bertrand Russel, ahli falsafah dari Inggris, yang pernah diundang dengan hormatnya untuk memberikan kuliah pada beberapa universitas di Amerika Serikat di awal tahun empat-puluhan. Kuliah-kuliah yang disampaikannya telah sempat menimbulkan kemarahan tokoh-tokoh Kristen Amerika, terutama Bishop Manning dari Gereja Episcopal, karena dianggap "sangat bertentangan dengan agama dan nilai-nilai moral". Memang Russel berpendirian, bahwa "semua agama yang ada didunia ini Budha, Hindu, Kristen, Islam, dan Komunisme " adalah palsu dan berbahaya" ("I think all the great religions of the world --Buddhism, Hinduism, Christianity, Islam, and Communism-- both untrue and harmfull"), karena itu ia menentang semua agama.
Sangat menarik perhatian kita ialah, sama dengan Toynbee, Russel pun menganggap komunisme sebagai agama. Kalau kita baca bukunya yang terkenal: "Why I Am Not a Christian" (Mengapa Saya Bukan Seorang Kristen), maka dapat kita simpulkan, bahwa ia tokh bertuhan juga. Russel, pada hakikatnya, telah mempertuhankan akalnya. Selama ia bisa konsisten, sebenarnya masih lumayan, terutama jika dibandingkan dengan orang yang bertuhankan hawa nafsunya. Tetapi, mungkinkah seseorang senantiasa konsisten?
Berdasarkan pengertian "ilah" atau tuhan yang telah diberikan definisinya di atas, maka dapat pula secara logika dibuktikan, bahwa tidak ada manusia yang mampu berfikir logis, yang tidak punya tuhan. Bahkan bisa dibuktikan, bahwa tidak mungkin bagi manusia tidak punya sesuatu kepercayaan. Apabila seseorang mengatakan: "saya tidak percaya kepada sesuatu apa pun," maka ia akan dihadapkan kepada suatu kontradiksi, karena pernyataan tersebut mengandung pembatalan diri. Jika benar ia tak percaya kepada sesuatu apapun, maka kalimat itupun ia harus sangkal kebenarannya. Jika tidak, maka terbukti ia masih punya satu kepercayaan, yaitu kebenaran pernyataan tersebut, maka sikap itu bertentangan pula dengan arti kalimat itu. Jadi kalimat itu tidak logis, dan tidak mungkin terucapkan oleh seseorang yang mampu dan mau berfikir logis.
Ir. Muhammad Imaduddin Abdulrahim M.Sc. Kuliah Tauhid. Bandung: Pustaka-Perpustakaan Salman ITB, 1980.

Berguru Kepada Allah



Kalimat "berguru kepada Allah" mungkin masih terasa asing di telinga kebanyakan orang. Namun Abu Sangkan menggunakannya sebagai topik bahasan dengan melihat dari sisi lain dari setiap pengajaran suatu ilmu yang disampaikan oleh para guru maupun para pakar. Mereka adalah orang-orang yang mendapatkan ilmu dari membaca buku yang tersusun dari huruf-huruf maupun membaca dari setiap kejadian-kejadian unik dari fenomena alam semesta ini. Apabila kita perhatikan surat Al 'Alaq ayat 1-5, Allah menjelaskan apa yang dimaksud dengan kata "membaca" :
"Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah , Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam, Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya" (QS 96:1-5)
Ayat di atas jelas sekali bagaimana Allah mengajarkan membaca dengan melihat suatu kejadian penciptaan "manusia" mulai dari bentuk mudhgah (segumpal darah) hingga menjadi bentuk manusia yang sempurna. Bila kita bisa ceritakan kembali proses kejadian tersebut kepada orang lain maka secara tidak sadar kita telah mengajarkan sebuah "ilmu".
Mari kita perhatikan dan renungkan bagaimana lebah menciptakan sarangnya dengan arsitektur yang indah, para semut yang bekerja dengan tekun dan kompak serta mengelompokkan dalam pekerjaan dengan menajemen yang sangat rapih. Dan kita perhatikan seperti apakah sarang semut itu? Mereka membuat sarang terdiri dari ruangan-ruangan yang berfungsi sebagai gudang tempat menyimpan makanan, ruang untuk menyimpan larva, ruang makan ratu semut yang dilayani semut pekerja dan tempat bertelur, kemudian telur semut tersebut dibawa oleh pekerja ke ruangan khusus penyimpanan telur. Ruang semut jantan dan ruang semut betina terpisah. kepompong yang sudah menjadi semut sempurna diletakkan pada ruangan tersendiri dan para semut ada yang bertugas merobek kepompong untuk mengeluarkan semut-semut yang masih bayi. Kita lihat di ruangan yang lain, semut-semut ini memelihara kepompong kupu-kupu hairstreak. Mereka merawatnya dan memberinya makanan layaknya bayinya sendiri. Mereka mengharapkan kelak anak angkatnya ini mampu membalas jasa baiknya dengan memberi madu yang manis.
Selanjutnya kita menuju istana rayap yang penuh keajaiban. Sebuah gundukan tanah sarang rayap, yang kelihatannya sepele ternyata ada sebuah kecerdasan yang mengalir pada diri para penghuninya... bagaimana tidak, saat suhu udara di luar bergerak antara 35 derajat (pada malam hari) hingga 104 derajat fahrenheit (pada siang hari), suhu di dalam sarang tetap stabil. Ternyata ada sebuah lobang angin di bawah, udara yang hangat di siang hari mengalir ke seluruh ruang. Sementara ruang-ruang itu telah basah oleh lumpur yang dibawa rayap dari genangan dibawah tanah, makanya di dalam sarang udara tetap lembab. Jadi tak heran jika jamur yang dibutuhkan rayap sebagai makanan tumbuh subur di sini.
Allah-lah yang bertutur kata kepada semua makhluknya. Allah yang memberikan wahyu kepada para Nabi, kepada ibu Musa, kepada lebah, kepada semut, kepada rayap, kepada langit dan bumi, kepada manusia, kepada pencuri sekalipun.
Allah mengajarkan manusia apa-apa yang belum diketahuinya. Dialah yang menuntun manusia, memberikan inspirasi, ilham dan wahyu. Tubuhnya patuh mengikuti perintah Tuhannya tidak terkecuali orang kafir. Sunnah-sunnah Allah berlaku kepada alam semesta baik yang mikro maupun yang makro. Marilah kita nukilkan apa yang tertera dalam kitab suci Al Qur'an setiap yang disebut wahyu itu adalah wahyu tasyri' atau wahyu syariat, tetapi ada wahyu ilham. dimana Allah memberikan perintah atau instruksi kepada makhluknya, Firman Allah Swt:
Dan Tuhanmu "mewahyukan" kepada lebah (QS 16:18)
Dan Kami "wahyukan" kepada ibu Musa (QS 28:7)
Dan Ia "mewahyukan" kepada tiap-tiap langit itu urusan masing-masing (QS 41:12)
Kata "wahyu" yang tertera dalam ayat-ayat diatas, secara tegas bahwa Allah tidak menutup-nutupi kepada pembaca, bukan siapa-siapa yang membisikkan dan menggerakkan tubuh manusia yang oleh pakar biasa disebut alam kecil atau gambaran mini tentang alam semesta. Dialah Allah yang bersembunyi di balik kasat mata manusia yang buta hatinya. Ia yang menggerakkan bumi, langit, bintang-bintang, matahari, dan mengajarkan lebah berdemokrasi dalam memilih pimpinan dan perundang-undangan pemilihan. Ia menuntun lebah-lebah ini untuk membuat konstruksi bangunan rumahnya yang indah. Masing-masing dibekali wahyu dari Tuhan untuk melaksanakan tugasnya dengan sempurna. Mereka seperti rasul-rasul sang utusan, mereka begitu mematuhi perintah-Nya tanpa membantah, sehingga jalan mereka tidak berbenturan dengan fitrah Allah Yang Maha Suci.
Dalam diri manusia terdapat suatu kesadaran, sesuatu yang tak dapat dikembalikan pada proses kimiawi atau fisis yang kita ketahui. Kita lihat dalam surat Al Hijr ayat 28-29 :
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang berstruktur, maka apabila Aku telah meniupkan kepadanya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud." (QS 15:28-29).
Jadi manusia diberi roh oleh Allah, diberi kesadaran serta kemampuan abstraksi dan berkomunikasi secara lisan maupun simbolik, kemampuan analisis dan sintesis, berakal dan berpikiran. Kesemuanya itu merupakan intrumen yang disediakan dalam rangka untuk menjalankan tugas kekhalifahan.
Dari semua uraian di atas mengenai bagaimana Allah mengajarkan manusia melalui kalam-Nya, mari kita merenungkan kembali dan melihat kebenaran dengan jujur, jangan kita membuat apologi untuk menghindar dari kebenaran yang nyata atas perbuatan Allah. Terkadang kita banyak terjebak oleh istilah yang membingungkan dan menjauhkan kita dari kegiatan Allah yang langsung kita bisa rasakan. Kebingungan kita bertambah tatkala ilmuwan-ilmuwan atheis mengatakan bahwa semua kejadian alam ini bisa bergerak dengan sendirinya atau biasa disebut "natural", insting atau gharizah. Namun Al Qur'an secara tegas membantah pendapat kaum atheis itu, bahwa Allah-lah yang mengatur semuanya ini, Allah-lah yang berbicara dan memerintahkan langit, bumi, atom-atom, kepada binatang serta tumbuh-tumbuhan, kemudian Allah berbicara kepada roh manusia melalui ilham dan wahyu. Lantas mengapa kita takut mengatakan "saya berguru kepada Allah" dalam segala hal, karena Dialah Yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu yang nyata maupun yang ghaib.
Banyak orang meragukan bagaimana kalau kita "tersesat" dan ternyata syetan yang menjadi guru kita? Hal ini diungkapkan Syaikh Ar Rifa'i, dalam kitab Jalan Ruhani oleh Syaikh Sa'id Hawwa halaman 73 :
"Sebenarnya tujuan akhir para ulama dan para sufi adalah satu". Ini perlu kami utarakan disini, sebab beberapa ulama yang kurang faham selalu menghujat setiap orang dengan perkataan: ‘Orang yang tidak memiliki syaikh, maka syaikh-nya adalah syetan’. Ungkapan ini dilontarkan oleh seorang sufi yang berpropaganda untuk syaikh-nya yang alim atau dilontarkan oleh sufi yang keliru, yang tidak tahu bagaimana seharusnya ia mendudukkan tasawuf pada tempat yang seharusnya. Sebenarnya orang yang tidak memiliki syaikh adalah orang bodoh yang tidak pernah belajar, menolak dan lari dari pendidikan. Manusia macam inilah yang bersyaikh pada syetan !!! Sedangkan yang berjalan atas dasar ilmu pengetahuan, itu berarti imam dan syaikhnya adalah ilmu dan syariat".
Syaikh Abdul Qadir Jaelani mengisahkan perjalanan keruhaniannya yang ditulis dalam kitab "Rahasia Kekasih Allah", saat dimana ia bertawajjuh dalam tafakkur dengan khusyu', saat ia meluruskan jiwanya melayang menuju yang maha ghaib, saat ia melampiaskan rohnya yang penat terkungkung oleh sibuknya dunia, ia tinggalkan seluruh ikatan syahwati yang sering mengajak ke jalan kefasikan. Ketika roh sang Syaikh mulai ekstase dalam puncak keheningan dan kecintaan yang mendalam kepada Sang Maha Kuasa, baru selangkah rohnya meluncur lepas untuk memasuki kefanaan, tiba-tiba muncul cahaya yang terang-benderang meliputi ruangan alam ruhani Syaikh. Dan kepada sang Syaikh diwangsitkan sebuah amanah yang membebaskan darinya dari ikatan "syari'at Allah" dengan memberikan alasan bahwa sang Syaikh sudah mencapai kedekatan kepada Allah. Perjalanannya sudah sampai (wushul) dan tidak perlu lagi shalat, haji, zakat dan dihalalkan semua yang pernah Allah haramkan. Namun sang Syaikh ini rupanya telah memiliki ilmu ma'rifat kepada Allah dengan landasan Al Qur'an dan Alhadist, dimana ia diselamatkan oleh pengetahuan tentang Allah, bahwa Allah tidak sama dengan makhluk-Nya, tidak berupa suara, tidak satupun yang bisa membandingkan-Nya. Dia Maha Ghaib dan Maha Latif. Pengetahuan yang cukup, yang dimiliki sang Syaikh mengalahkan wangsit yang keliru tadi, dengan tuntunan syari'at yang ditentukan oleh Allah sendiri. Ia selamat dari jebakan syetan yang terkutuk. Allah-lah sebagai penuntun menuju hadirat-Nya. Dialah sang Mursyid sejati, tidak satupun manusia yang mampu menghantar roh manusia lain menuju ke hadirat Allah `azza wajalla.
Kita perhatikan para nabi seperti nabi Ibrahim, beliau mengetahui dengan jelas siapa yang menggoda ketika beliau mendapatkan perintah untuk mengorbankan putranya Ismail untuk disembelih. Namun nabi Ibrahim memiliki jiwa yang bersih dan berada pada wilayah keruhanian yang tinggi. Sehingga beliau mengetahui siapa sebenarnya yang menggodanya. Sebab kedudukan dimensi syetan masih berada jauh di bawah kedudukan orang mukmin yang mukhlisin (berserah diri kepada Allah). Hal ini juga pernah dialami oleh nabi Yusuf saat gejolak syahwatnya menguasai jiwanya. namun saat itu pula nabi berserah diri dengan ikhlas kepada Allah, sehingga Allah menurunkan burhan di hatinya, yang pada akhirnya nabi Yusuf selamat dari perbuatan mesum dengan wanita cantik jelita yang menggodanya. Hal ini pernah dikeluhkan oleh syetan kepada Allah bahwa dirinya akan selalu menggoda setiap anak cucu Adam sampai hari kiamat. Namun ia tidak mampu menjerumuskan kedalam kesesatan bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.
(Disarikan dari Abu Sangkan, Berguru Kepada Allah)

siapakah diriku???

Bismillahir rahmanir rahim
Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatu,.,
para sobat2... mari qita saling mempelajari,, siapa diri kita sebenarnya,, penulis sangat berharap kepada sobat2 untuk membagi pengetahuan tentang siapa diri kita sebenarnya,,
Al Qur'an menyebutkan dalam Surat Adz Dzaariyaat ayat 21:
"Dan juga pada dirimu, maka apakah kamu tiada memperhatikan" (QS 51:21)
Juga dalam surat Al Hijr ayat 28-29 :
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat : sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan ke dalamnya Ruh (cipataan)Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (QS 15:28-29).

Dalam kerangka ini kita mengambil garis yang jelas dari peristiwa kejadian manusia, dimana para makhluk baik itu setan maupun malaikat mempertanyakan kebijakan Allah yang akan menciptakan manusia, yang menurut pandangan malaikat "manusia" adalah makhluk yang selalu membuat keonaran dan pertumpahan darah (QS 2:30). Tidak kalah sengitnya setan memprotes keberadaan manusia yang dipandang rendah, yang hanya diciptakan dari unsur tanah, sambil membanggakan dirinya yang dibuat dari api.
Dalam keadaan ini para malaikat gigit jari dan begitu terheran-heran : rahasia macam apa ini? Bumi yang hina-dina dipanggil kehadirat Zat yang maha tak terjangkau dengan segenap kehormatan dan kemuliaan ini.
Kelembutan ilahi dan kebijakan Tuhan berbisik lembut ke dalam relung rahasia dan misteri malaikat,
 "Aku tahu apa yang tidak kalian ketahui " (QS :2:30).
Raga manusia termasuk kedalam derajat terendah, sementara ruh manusia termasuk ke dalam derajat tertinggi. Hikmah yang terkandung dalam hal ini ialah bahwa manusia mesti mengemban beban amanat pengetahuan tentang Allah.Karena itu mereka harus mempunyai kekuatan dalam kedua dunia ini untuk mencapai kesempurnaan. Sebab tidak sesuatupun di dunia ini yang memiliki kekuatan yang mampu mengemban beban amanat. Mereka mempunyai kekuatan ini melalui esensi sifat-sifatnya (sifat-sifat ruhnya), bukan melalui raganya. Karena ruh manusia berkaitan dengan derajat tertinggi dari yang tinggi, tidak satupun di dunia ruh yang menyamai kekuatannya, entah itu malaikat maupun setan sekalipun atau segala sesuatu lainnya. Demikian pula, jiwa manusia berkaitan dengan derajat yang paling rendah, sehingga tidak sesuatupun di dunia jiwa bisa mempunyai kekuatannya, entah itu hewan dan binatang buas atau yang lainnya. Ketika mengaduk dan mengolah tanah, semua sifat hewan dan binatang buas, semua sifat setan, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati diaktualisasikan.
Hanya saja, tanah itu dipilih untuk mengejawantahkan sifat "dua tangan-Ku". Karena masing-masing sifat tercela ini hanyalah sekedar kulit luarnya saja, di dalam setiap sifat itu ada mutiara dan permata berupa sifat Ilahi.
Penjelasan di atas merupakan urutan ungkapan mengenai hakekat diri yang sebenarnya, dimana manusia sebagai makhluk yang sangat lemah dan hina disisi lain dinobatkan sebagai "khalifah" (wakil Allah). Bertugas mengatur alam semesta dan merupakan wakil Allah untuk menjadi saksi-Nya serta mengungkapkan rahasia-rahasia firman-Nya. Para mahkluk yang lain tidak melihat ada dimensi yang tidak bisa dijangkau olehnya, ia hanya mampu melihat pada tingkat yang paling rendah dalam diri manusia. Sementara ia terhijab oleh ketinggian derajat manusia yang berasal dari tiupan Ilahi (QS 15:28-29).
Ungkapan hakikat manusia mengacu kepada kecenderungan tertentu secara berurutan dalam memahami manusia. Hakikat mengandung makna sesuatu yang tetap, tidak berubah-ubah. Yaitu identitas esensial yang menyebabkan sesuatu menjadi dirinya sendiri.


Argumen kesadaran langsung yang dikemukakan seorang manusia menghentikan segala aktivitas fisiknya, sehingga ia berada dalam keadaan tenang dan hampa aktivitas. Ketika ia menghilangkan segala aktivitasnya, menurut Al Ghazaly, ada sesuatu yang tidak hilang di dalam dirinya yaitu "kesadaran" yakni kesadaran akan dirinya. Ia sadar bahwa ia ada. Bahkan ia sadar bahwa ia sadar. Pusat kesadaran itulah yang disebut an nafs al insaniyyat (diri sejati). Dikatakan dalam suatu tafsir shafwatu at tafasir karangan prof. As Shabuny  mengenai surat Al Qiyaamah ayat 14:
"akan tetapi di dalam diri manusia ada bashirah (yang tahu)"(QS 75:14).
Kata bashirah ini disebut sebagai yang tahu atas segala gerak manusia yang sekalipun sangat rahasia. Ia biasa menyebut diri (wujud)-nya adalah "Aku".
Wujud "Aku" yang memiliki sifat tahu yang memperhatikan dirinya atas perilaku hati, kegundahan, kebohongan, kecurangan, serta kebaikan. Ia tidak pernah bersekongkol dengan perasaan dan pikiran, ia jujur dan suci, sehingga manusia, setan dan jin tidak bisa menembus alam ini karena ia sangat dekat dengan Allah sekalipun manusia itu jahat dan kafir. Adalah pernyataan Allah atas pengangkatan sebagai wakil Allah, sehingga Allah menyebut tentang "Aku" ini sebagai ruh-Ku. Yang oleh As Shabuny sebagai penghormatan yang maha tinggi seperti penghormatan Allah terhadap Baitullah (rumah Allah).

Ketika itu yang disadari bukan fisik dan yang sadarpun bukan fisik. Kesadaran di sini tidak melalui alat, tetapi bersifat langsung. Oleh karena itu subyek yang sadar itu jelas bukan fisik dan bukan fungsi fisik melainkan sesuatu substansi yang berbeda dengan fisik.
Mungkin juga dikatakan di sini tidak bersifat langsung, tetapi melalui perantara, yaitu melalui perbuatanku. Dalam perbuatanku ada yang mendahului, yaitu kesadaran akan aku yang menjadi subyek perbuatan itu. Kesadaran di sini bagaimanapun bersifat langsung dan terlepas dari aktivitas fisik. Dengan demikian subyek yang sadar, yang menjadi esensi manusia itu nyata ada dan merupakan substansi yang berbeda dengan fisik. Hal ini terbukti ketika manusia kehilangan aktivitas pada moment menjelang tidur. Sang "Aku" (kesadaran) mengetahui dengan sadar peristiwa yang dialami pada saat bermimpi. Begitupun kehidupan keruhanian dalam mendasari kesadaran ihsan dengan menghentikan aktivitas fisik sebagai kendali sahwati, maka yang timbul adalah kesadaran diri yang mampu menembus alam malakut dan uluhiah. Dimana manusia mencapai puncak eksistensi yang sejati. Kesejatian inilah yang di tuntut oleh Allah dalam hal melakukan peribadatan, apakah puasa, zakat, dan shalat. Dengan konteks "ihklaskanlah peribadatanmu dengan tidak melakukan kesyirikan sedikitpun" (QS 39:11&14). Aktivitas ruhani yang diajarkan oleh Allah adalah peribadatan
saum yang mana manusia dalam sementara waktu diwajibkan mengendalikan emosinya dan aktivitas keinginan hawa nafsu selama satu bulan di bulan Ramadhan. Selama satu bulan penuh menahan rasa dan keinginan ragawi, samarsamar akan terjadi proses transformasi kejiwaan yang tadinya emosional berubah menjadi ketenangan, dan fisik seolah tidak lagi menuruti keinginannya, sehingga sang fisik mengikuti kehendak-kehendak diri yang sejati.
Maka oleh Allah dikatakan mereka itu telah mendapatkan karunia lailatul qadar, dimana ia mampu menembus seluruh semesta ruhani dan kembali sebagai manusia sejati dan fitrah. Keadaan Fitrah ini diungkap Al Qur'an, bahwa apabila telah terjadi fitrah pada diri manusia maka sesungguhnya fitrah itu sama dengan kehendak Allah seperti pada surat Ar Ruum ayat 30 :
"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada Agama (Allah); (tetaplah) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui" (QS 30:30)
Dalam hal ini manusia tersebut mendapat karunia kepatuhan dan ketaqwaan seperti patuhnya alam semesta serta patuhnya tubuh manusia, dimana dimengerti bahwa tidak pernah dirinya merencanakan ada, kemudian kenapa aku ini laki-laki? Atau nafas ini mengalir keluar masuk tanpa aku kehendaki dan bisakah aku menangguhkan jangan keburu tua dulu. Hal ini merupakan renungan hakiki, kenapa pikiran ini tidak sepatuh alam dan tubuh yang diselimuti kekuasaan Allah. Ia tampak begitu jelas dalam gerakan dan keberadaan alam dan diri ini.


BismIlahirrahmanirrahim (dengan nama Allah yang maha pengasih dan penyayang).
 (masuknya nafas karena Allah & keluarnya nafas karena Allah).
 (yang mengadakan hidup itu Allah).
 (otak diletakkan atas kodrat Allah).
  (ya hu ... Allah ya hu ... Allah ya hu ... Allah).
  (nabi Muhammad itu rasullullah).

wassalam..........


Minggu, 18 Maret 2012

Perkenalan Putra Bumaks

 Bismillahir Rahmanir Rahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Puji syukur Atas Rahmat Dan Karunia Allah, Swt serta shalawat dan salam atas Junjungan Nabi Besar Muhammad, Saw,  semoga qita smua Mendapat Ridho-Nya,, Amin....!!!!!!!!!!!!!!!!
Salam Kenal Smuanya...........!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
saya baru selesai membuat blog.... sebagai perkenalan di dunia maya, saya juga agak gaptek,, tapi melalui blog ini saya ingin berbagi dengan smua,, dalam masalah apa saja.
saya ingin blog saya sebagai tempat berbagi,, suka dan duka,, bahkan saling menambah pengetahuan2 dari para sahabat-sahabat!!!!!!!!!!!!!

"tak kenal maka tak sayang" salam kenal dari 
www.putrabumaks.com/2012/83/jufe-link.html
"""""Putra Bumaks""""""